Rabu, 11 Agustus 2010

Mencari Identitas Melanesia

Papua yang kaya akan adat istiadat dan budaya terus unjuk kebolehan memamerkan keragamannya. Tak luput masyarakat Papua antusias memberi yang terbaik untuk tanah tercinta ini. Atraksi demi atraksi ditampilkan dalam berbagai pentas. Menampilkan para seniman handal dari berbagai belahan suku di tanah Papua ini.

Sehingga dalam memeriahkan panggung pentas budaya Papua, dituturkan oleh Sekretaris Umum Panitia, Septinus Rumaseb,S.Sos, pada tanggal 8 hingga 13 November 2010 mendatang, telah direncanakan kegiatan besar-besaran. Konferensi Internasional Keragaman Budaya Papua dan Festival Budaya Melanesia.

Melanesia berasal dari bahawa Yunani, yang artinya pulau hitam. Adalah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat hingga Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
Dr. Enos H. Rumansara,M.Si, Ketua Jurusan Antropologi Fisip Uncen menjelaskan, wilayah Indonesia yang tergolong ras Melanesia antara lain NTT, Maluku Utara, Maluku Tenggara, dan Papua. Serta pulau dilautan Pasifik seperti Fiji, Vanuatu, Papua Nugini dan pulau lain di pasifik barat daya.

Kegiatan yang baru pertama kali digelar ini, diprogramkan oleh pemerintah Propinsi Papua. Namun dibantu oleh instansi terkait yang membidangi budaya dan pariwisata di Papua. “Ini merupakan program kerja Gubernur yakni terkait rencana memperkenalkan budaya Melanesia,” pungkas Enos. “Namun fokus pembicaraannya, difokuskan pada kebudayaan masyarakat Papua,”lanjutnya.

Septi memaparkan, kegiatan ini bertujuan agar orang-orang Papua sungguh mengetahui tentang dirinya dan budayanya. Karena menurutnya, banyak nilai-nilai yang sudah hilang dan melenceng dari nilai sesungguhnya. “Banyak orang Papua yang sudah tidak mengetahui budayanya sendiri,” ungkap Septi.

Persiapan yang dilakukan panitia masih dalam proses perencanaan yang baru diadakan 3 bulan belakangannya ini. Oleh karena itu, topik-topik pembicaraan dalam konferensi nantinya masih dalam tahap penyempurnaan. Namun, inti acaranya membahas topik terkait budaya masyarakat Papua.

“Materinya belum dapat kami sampaikan ke publik karena masih dalam tahap persiapan,” ujar Septi. Namun sampai sejauh ini yang telah panitia siapkan, paparnya, menghubungi pembicara yang akan hadir. Karena pembicara ini yang nantinya akan mempersentasikan judul-judul yang telah panitia siapkan.

Pembicaranya tidak tanggung-tanggung. Mereka diterbangkan langsung dari berbagai negeri dibelahan dunia. Ada yang berasal dari Jerman, Negeri Kincir Angin Belanda, Papua New Guinea, Indonesia dan tentunya pakar dari Papua selaku tuan rumah.
“Mereka tampil hanya sebagai pembahas materi yang akan diberikan nantinya,” ujar Septi. Tentunya pembicara yang hadir berasal dari kalangan orang-orang hebat. Mereka yang pernah meneliti dan mewawancarai langsung dan menulis tentang Papua.
“Para narasumber ini akan membahas masalah kesenian, perempuan Papua dan topik lain yang masih dalam tahap pembahasan,” jelas Enos.

Selain itu, dalam konferensi nantinya, akan dipamerkan karya seni milik masyarakat Papua. Karya seni rupa, benda-benda budaya, alat musik tarian serta karya seni lainnya terkait kebudayaan milik masyarakat Papua. Tak hanya budaya Papua yang akan dipamerkan. Budaya dari ras Melanesia lainnya akan unjuk kebolehan. “Peserta dari ras Melanesia lainnya akan diberi kesempatan untuk menampilkan potensi budaya daerahnya,” pungkas Septi.

Membahas Melanesia, padahal belum dipaparkan ciri-ciri fisik seperti apa yang digolongkan dalam ras ini. Dapat terlihat secara fisik memiliki kulit gelap dan rambut keriting. Ciri lain yang dapat dilihat berdasarkan ciri budayanya, tampak pada kesenian, sistem religi, organisasi sosial, sistem teknologi tradisional dan bahasa. “Ada kesamaan dalam hal ini,” Ucap Enos menjelaskan.

Kesamaan lain yang terlihat mencolok, adalah bahan makanan yang dikonsumsi. Masuk wilayah NTT hingga Papua kebanyakan masyarakat mengkonsumsi umbi-umbian, sagu sebagai bahan makanan utamanya. Sedangkan untuk wilayah ke arah barat, masyarakatnya mengkonsumsi padi sebagai makanan pokok utama. “Ini merupakan khas Melanesia,” ucap Enos.

Memang benar ada kesamaan diantara budaya Melanesia. Namun jangan salah, selain adanya persamaan yang mencolok, ada juga perbedaannya diantara masing-masing ras dalam budaya Melanesia ini. Oleh karena itu, akan diadakan sebuah kegiatan yang akan menampilkan atraksi masing-masing peserta dari berbagai ras di kebudayaan Melanesia. Kegiatan ini dinamakan exebition.

Kegiatan ini diselenggarakan karena beberapa unsur budaya Papua saat ini telah mengalami kepunahan. Masyarakat Papua ada yang sudah tidak mengenal budayanya lagi. Sehingga jika tidak dilestarikan mulai saat ini, maka budaya Papua akan menuju kepunahan. Oleh karena itu, kegiatan ini bagus diselenggarakan untuk mengangkat kembali budaya di Papua.

Budaya yang diangkat kaitannya dengan budaya Papua yang berkaitan dengan NKRI. Namun secara ilmiah, budaya Papua merupakan bagian dari budaya Melanesia. Sehingga perlu ada pemugaran untuk mengenalkan budaya Papua pada masyarakat.
Menyoal peran masyarakat, Septi mengharapkan agar masyarakat ikut memberikan dukungan. Karena tentunya masyarakat berperan dalam memberi dukungan. Selain itu, keterlibatan aparat keamananpun sangat penting dalam menjaga keamanan dan keterlibatan. Masyarakat akan dilibatkan sebagai peserta karena mereka juga diundang untuk hadir sebagai peserta. Karena bagaimanapun juga masyarakat punya potensi terhadap budaya Papua. ***(Brigitta/Gabriel Maniagasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar